KEWAJIBAN BERDO’A
• Perintah Allah Ta’ala untuk berdo’a
Allah Ta’ala berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu”. (QS Al-Mu’min 60).
• Do’a bisa merubah takdir.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum pencipta’an langit dan bumi”. (HR. Muslim 2653).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ
“Tidak ada yang bisa menolak takdir Allah kecuali doa”.
• Do’a adalah ibadah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَة
“Do’a adalah ibadah.” (HR. Abu Daud, 1479).
• Allah murka kepada yang tidak berdo’a.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْه
“Barangsiapa yang tidak meminta pada Allah, maka Allah akan murka padanya.” (HR. Tirmidzi no. 3373).
WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB UNTUK BERDO’A
Diantara usaha yang bisa kita lakukan agar do’a kita dikabulkan, adalah berdo’a pada waktu-waktu mustajab. Adapun waktu-waktu tersebut adalah :
1. Waktu sepertiga malam.
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Muslim no. 757).
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdo’a pada-Ku, Aku akan memperkenankan do’anya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Ku ampuni’.” (HR. Bukhari no. 6321).
Ibnu Baththol berkata, “Waktu tersebut adalah waktu yang mulia dan terdapat dorongan beramal di waktu tersebut. Allah Ta’ala mengkhususkan waktu itu dengan nuzul-Nya (turunnya Allah). Allah pun memberikan keistimewaan pada waktu tersebut dengan diijabahinya do’a dan diberi setiap yang diminta.” (Syarh Al Bukhari, 19/118).
2. Ketika berbuka puasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ
“Sesungguhnya do’a orang yang berpuasa ketika berbuka tidaklah tertolak”. (HR. Ibnu Majah no. 1753).
3. Ketika malam lailatul qadar.
Allah Ta’ala berfirman :
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3).
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti ku ucapkan ?”
قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah : Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Pema’af dan Engkau mencintai orang yang meminta ma’af, karenanya ma’afkanlah aku).” (HR. Tirmidzi no. 3513).
Para ulama menyimpulkan dari hadits di atas tentang anjuran memperbanyak do’a “Allahumma innaka ‘afuwwun …” pada malam yang diharap terdapat lailatul qadar.
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa do’a di malam lailatul qadar adalah do’a yang mustajab sehingga dia bertanya pada Rasul mengenai do’a apa yang mesti dipanjatkan di malam tersebut.
4. Ketika adzan berkumandang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ
“Dua do’a yang tidak akan ditolak, do’a ketika adzan dan do’a ketika turun hujan.” (HR. Al Hakim).
5. Di antara adzan dan iqamah.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad 3/155).
6. Ketika sedang sujud dalam shalat.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
أقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاء
“Keada’an seorang hamba paling dekat dengan Robnya ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a”. (HR Muslim no 215).
7. Ketika sebelum salam pada shalat wajib.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan do’a kita didengar oleh Allah ? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan, bahwa yang di maksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam.
8. Di hari Jum’at
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة، فقال : فيه ساعة، لا يوافقها عبد مسلم، وهو قائم يصلي، يسأل الله تعالى شيئا، إلا أعطاه إياه. وأشار بيده يقللها
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda : ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdo’a ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut”. (HR. Bukhari, 935).
Ada perbeda’an pendapat mengenai kapan waktunya, dan diantara salah satunya menyebutkan, sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at. Berdasarkan kepada hadits :
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853).
9. Ketika turun hujan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ
“Dua do’a yang tidak akan ditolak, do’a ketika adzan dan do’a ketika turun hujan.” (HR. Al Hakim).
10. Hari rabu antara dzuhur dan ashar.
Diceritakan oleh Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu :
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه. قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdo’a di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah do’anya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembira’an di wajah beliau. Berkata Jabir : “Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdo’a”, dan saya mendapati dikabulkannya do’a saya”.
Dalam riwayat lain :
فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
“Pada hari Rabu lah do’anya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603).
11. Ketika hari arafah.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
خير الدعاء دعاء يوم عرفة
“Do’a yang terbaik adalah do’a ketika hari Arafah”. (HR. At Tirmidzi, 3585).
Hari Arafah adalah hari ke 9 dalam bulan Dzulhijjah dan merupakan hari ke 2 dalam pelaksana’an ibadah haji.
Arafah merupakan nama sebuah gunung, tempat di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam khutbah untuk yang terakhir kalinya.
12. Ketika perang berkecamuk.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Do’a tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan sa’at perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang”. (HR. Abu Daud, 2540).
13. Ketika meminum air zam-zam.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ
“Khasiat air zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018).
BEBERAPA SEBAB YANG MENJADIKAN DO’A TERTOLAK
Ada beberapa sebab yang menjadikan do’a tidak di kabulkan, diantaranya :
1. Makan dan memakai pakaian dari usaha yang haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ (يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ)
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’.
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya ?” (HR. Muslim).
2. Tergesa-gesa ingin segera di kabulkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ
“Dikabulkan do’a seseorang dari kalian selama ia tidak buru-buru, (dimana) ia berkata : ”Aku sudah berdo’a namun belum dikabulkan doaku”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5981).
Seorang sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa itu isti’jal (tergesa-gesa) ?”. Beliau menjawab : “Jika seseorang berkata : ‘Aku sudah berdoa, memohon kepada Allah, tetapi Dia belum mengabulkan doaku’. Lalu ia merasa putus asa dan akhirnya meninggalkan do’anya tersebut”. (H.R Muslim, 2735].
3. Berdo’a untuk melakukan kemaksiatan dan memutuskan silatu rahmi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ
“Senantiasa do’a seorang hamba akan dikabulkan selama ia tidak berdo’a untuk berbuat dosa atau memutuskan silaturahim”. (Muslim no. 2735).
4. Meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ وَلْتَنْهَوُنَّ عَنِ اْلمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَاباً مِنْهُ ثُمَ تَدْعُوْنَهُ فَلا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran atau (kalau tidak kalian lakukan) maka pasti Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, hingga kalian berdo’a kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan”. (HR. At-Tirmidzi no. 2169).
5. Tidak sungguh-sungguh dalam berdo’a.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا دَعَوْتُمُ اللهَ فَاعْزِمُوْا فِي الدُّعَاءِ وَلا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ فَإِنْ اللهَ لا مُسْتَكْرِهَ لَهُ
“Apabila seseorang dari kamu berdo’a dan memohon kepada Allah, janganlah ia mengucapkan : ‘Ya Allah, ampunilah dosaku jika Engkau kehendaki, sayangilah aku jika Engkau kehendaki, dan berilah rizki jika engkau kehendaki ‘. Akan tetapi, ia harus bersungguh-sungguh dalam berdoa. Sesungguhnya Allah berbuat menurut apa yang Ia kehendaki dan tidak ada yang memaksa-Nya”. (H.R Al-Bukhari, 7026).
6. Tidak khusyu’ dan hati yang lalai.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ادْعُوْا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاهٍ
“Berdo’alah kepada Allah dan kamu yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai dan tidak khusyu’”. (H.R At-Tirmidzi no. 3479).
“Yang dimaksud dengan “hati yang lalai” (قَلْبٍ غَافِلٍ) adalah, hati yang berpaling dari Allah atau berpaling dari yang di mintanya”. (Mir’atul Mafatih 7/360-361).
ADAB BERDO’A
• Berdo’alah dengan suara lembut.
Diantara adab dalam berdo’a ialah tidak mengeraskan suara.
Allah Ta’ala berfirman :
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdo’alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (al-A’raf: 55).
Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
“Janganlah kalian mengeraskan do’a kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110).
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah seorang Tabi’i, ia berkata: “Dahulu, kaum muslimin sangat tekun dalam berdo’a. Tidak terdengar suara dari mereka, kecuali hanya suara lirih antara mereka dengan Rabb mereka”. (Jâmi’ul-Bayân ‘an Ta`wil Ay Al-Qur`ân, 8/261).
• Teguran Rasulullah kepada yang mengeraskan suara dalam berdo’a.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلى أنْفُسكُمْ إنَّكُمْ لَيسَ تَدْ عُونَ أصَمَّ وَلاَ غَائِبًا إنّكُم تَدْ عُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا
“Wahai manusia. Tenangkanlah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang bisu atau yang tidak ada. Sesungguhnya Dzat yang kalian seru Maha Mendengar lagi Maha Dekat”. (HR al-Bukhâri, no. 4205).
• Akan muncul orang-orang yang berlebihan dalam berdo’a.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ اْلأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاءِ
“Sungguh akan muncul kaum dari umat ini yang akan berbuat melampaui batas dalam berdo’a dan bersuci”. (HR Ahmad, Abu Dâwud dan Ibnu Maajah).
Beberapa contoh melampaui batas dalam berdo’a.
Berdo’a yang melampaui batas selain mengeraskan suara, juga berdo’a dari perkara-perkara yang tidak di benarkan syari’at, misalnya : Meminta di mudahkan untuk melakukan perbuatan haram atau maksiat, meminta di beri anak tanpa mau menikah, meminta rizki melimpah tanpa mau bekerja, atau ingin bisa mengetahui perkara-perkara gaib.
Berdo’a kepada Allah yang melampaui batas lainnya yaitu, Berdo’a yang mengandung laknat bagi kaum mukminin.
Sebagian ulama Salaf menjelaskan makna orang-orang yang melampaui batas pada ayat di atas, bahwasanya mereka ialah orang-orang yang melaknat kaum mukminin pada kondisi yang tidak diperbolehkan, seraya berseru: “Ya Allah, hinakan mereka. Ya Allah, laknatlah mereka”. (Ma’âlimut-Tanzîl, 2/166).
Syaikh ‘Abdur-Razzâq berkata : “Bagaimana mungkin do’a orang yang berbuat melampui pedoman-pedoman syariat dan tidak mengindahkan batasan yang sudah ditetapkan itu bisa diharapkan untuk dikabulkan. Do’a yang mengandung perbuatan melampaui batas tidak disukai Allah dan tidak diridhai-Nya. (Maka) bagaimana seseorang bisa berharap doa’nya dikabulkan dan diterima Allah ?”. (Fiqhul-Ad’iyah, 2/75).
IKHLAS DALAM BERDO’A
Allah Ta’ala berfirman :
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya“. (Ghafir: 14).
Ibnu Katsir mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah dan berdo’a hendaknya dengan ikhlas serta menyelisihi orang-orang musyrik dalam cara dan madzhab mereka. [Tafsir Ibnu Katsir 4/73].
Orang-orang musyrik berdo’a kepada Allah Ta’ala, mereka menjadikan berhala sebagai perantara kepada Allah Ta’ala.
SEPULUH SEBAB YANG MENGHALANGI DO’A MENURUT SYAIKH IBRAHIM BIN ADHAM
Penduduk Basrah bertanya kepada Syaikh Ibrahim bin Adham, terkait do’a mereka yang merasa tidak di kabulkan Allah Ta’ala. Maka Syaikh Ibrahim bin Adham pun berkata :
١- عرفتم الله ولم تعد حقه
٢- قرأتم القرآن ولم تعمل به
٣- ادعيتم حب رسول الله
وتركت سنته
٤- ادعيتم ادونس الشيطان واطعتمه
٥- ادعيتم النجاح من النار
ورميتم انفسكم اليها
٦- ادعيتم دخول الجنة ولم تعمل له
٧- قلتم ان الموت حق ولم
تستعذ له
٨- استغلتم بعيوب اخوان ولم ترون بعيوب انفسكم
٩- اكلتم نعمة ربكم ولم تشكرله
١٠- ادفنتم موتكم ولم تعتبر بهم
(ابراهيم ابن ادهام)
1. Kalian percaya adanya Allah tapi tidak kalian tidak memenuhi hak-Nya.
2. Kalian membaca Al-Qur’an tapi kalian tidak mengamalkannya.
3. Kalian mengatakan cinta kepada Rasulullah, tapi kalian tidak mengikuti sunnahnya (tuntunannya).
4. Kalian mengatakan setan itu musuh tapi kalian menuruti bujuk rayunya.
5. Kalian ingin selamat dari api neraka, tapi kalian menjerumuskan diri kepada perbuatan yang dapat menjerumuskan ke dalam neraka.
6. Kalian ingin masuk surga tapi kalian tidak beramal dengan amalan yang dapat memasukan ke dalam surga.
7. Kalian meyakini bahwa kematian itu benar, tapi kalian tidak menyiapkan diri dari padanya.
8. Kalian sibuk mencari-cari aib saudaramu, tapi kalian tidak peduli aib sendiri.
9. Kalian makan dan minum dari rezeki Allah, tapi kalian tidak bersyukur.
10. Kalian mengubur mayat tetapi tidak mengambil pelajaran.
_____________________